Ketahui, Ini Tanda dan Gejala Diabetes Insipidus Beserta Cara Pengobatannya


Gejala diabetes insipidus cukup beragam, baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Penyakit diabetes insipidus atau DI merupakan kelainan yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh.
Kondisi ini bisa mengakibatkan frekuensi buang air kecil menjadi bertambah serta rasa haus yang berlebih. Nah, agar lebih paham mengenai tanda diabetes insipidus dan cara penanganannya, yuk simak ulasan berikut.
Gejala Diabetes Insipidus pada Orang Dewasa
Diabetes insipidus disebabkan oleh adanya gangguan produksi hormon antidiuretik sehingga tubuh tidak dapat menahan air. Penyakit ini termasuk kondisi langka yang memicu peningkatan produksi urine sehingga seringkali mengganggu waktu tidur.
Mengenai diabetes insipidus dan diabetes melitus, keduanya memang menimbulkan gejala lebih sering minum dan berkemih. Meski begitu, diabetes insipidus tidak berkaitan dengan kadar gula darah seperti diabetes melitus. Adapun beberapa gejala diabetes insipidus yang perlu diketahui, di antaranya:
1. Lebih Sering Buang Air Kecil
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tanda seseorang menderita penyakit diabetes adalah lebih sering buang air kecil. Perlu diketahui, ginjal biasanya menyaring sekitar 120 hingga 150 liter darah untuk menghasilkan 1 sampai 2 liter urine setiap hari.
Sementara itu, pasien dengan penyakit diabetes insipidus bisa mengeluarkan urine harian sebanyak 3 hingga 20 liter. Kondisi inilah yang menyebabkan para penderita penyakit diabetes insipidus buang air kecil lebih sering, yakni sekitar 3 sampai 4 kali per jam.
Tak hanya itu, urine yang dikeluarkan pun umumnya lebih encer, tidak berbau, dan terlihat pudar. Pada orang dewasa, gejala diabetes insipidus bisa mengakibatkan nokturia. Nokturia ini adalah istilah medis untuk bangun di malam hari karena harus buang air kecil.
2. Cepat Merasa Haus
Bagi yang sering cepat merasa haus akhir-akhir ini, mungkin perlu berhati-hati. Sebab, mudah dan sering merasa harus bisa menjadi pertanda dari gejala diabetes insipidus. Kondisi tersebut bisa terjadi karena lebih sering mengeluarkan urine.
Ya, semakin banyak urine yang dikeluarkan, maka akan semakin banyak pula tubuh membutuhkan asupan cairan. Hal ini tentu bisa mengakibatkan penderita diabetes insipidus terus-menerus merasa haus, meski sudah minum banyak air.
Selain lebih sering haus, ada beberapa gejala lain yang menandakan seseorang menderita diabetes insipidus. Gejala tersebut mirip seperti penyakit ginjal, yaitu rasa lemas, lesu, dan tidak bertenaga, kurang tidur akibat sering terbangun di malam hari, sembelit, susah berkonsentrasi, kulit kering, hingga kerap mengompol.
Gejala Penyakit Diabetes Insipidus pada Anak
Tak hanya menyerang orang dewasa, penyakit diabetes insipidus juga bisa dialami oleh bayi dan anak-anak. Untuk itu, orang tua perlu mengetahui dan memahami beberapa gejala diabetes insipidus yang mungkin terlihat pada anak.
Beberapa tanda diabetes insipidus pada anak yang harus diwaspadai orang tua, dapat berupa demam, muntah dan diare, serta rewel tidak beralasan atau terus-menerus menangis. Selain itu, anak dengan diabetes insipidus juga bisa mengalami penurunan berat badan secara drastis, kulit kering, hingga pertumbuhan terhambat.
Ketika anak memiliki gejala seperti yang disebutkan, maka ada baiknya segera melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui diagnosis diabetes insipidus. Umumnya, pemeriksaan akan meliputi pemeriksaan urine, tes darah, pemeriksaan deprivasi air, cek hormon antidiuretik, maupun MRI.
Cara Mengobati Penyakit Diabetes Insipidus
Gejala diabetes insipidus yang tak terdeteksi dan telat ditangani, bisa membuat penderita diabetes insipidus mengalami komplikasi. Komplikasi yang terjadi cukup serius, seperti gangguan keseimbangan elektrolit dan dehidrasi.
Sebenarnya, DI tidak bisa disembuhkan sebab penyakit ini sifatnya permanen di mana akan ada terus seumur hidup. Meski demikian, terdapat sejumlah pengobatan yang dapat dilakukan guna meringankan gejala diabetes insipidus serta mengurangi risiko komplikasi.
Pengobatan terhadap diabetes insipidus tergantung pada penyebab dari gangguan hormon yang dialami oleh penderitanya. Penyebab diabetes insipidus pun bisa berbeda-beda dilihat dari jenisnya. Untuk mengobati penyakit ini, biasanya dilakukan berdasarkan jenis diabetesnya, seperti berikut.
3. Pengobatan Diabetes Insipidus Sentral
Diabetes insipidus satu ini umumnya terjadi akibat kerusakan pada kelenjar pituitari atau hipotalamus. Rusaknya kelenjar pituitari atau hipotalamus akan mengakibatkan produksi ADH menjadi terganggu. Penyebab kerusakannya cukup beragam, yakni tumor, cedera kepala, peradangan, hingga operasi.
Pada dasarnya, diabetes insipidus sentral termasuk penyakit ringan sehingga tidak membutuhkan penanganan khusus. Namun, bagi pengidap diabetes insipidus sentral yang berat akan ditangani dengan pemberian obat dengan fungsi seperti hormon antidiuretik atau ADH.
Obat ini disebut desmopressin yang memiliki banyak kegunaan, seperti mencegah dehidrasi, mengontrol produksi urine, serta menjaga kadar cairan dalam tubuh. Namun, pastikan untuk mengonsumsi obat sesuai resep dokter agar tidak berdampak pada penumpukan cairan tubuh.
4. Penanganan Diabetes Insipidus Nefrogenik
Masalah diabetes insipidus nefrogenik bukan berasal dari hormon vasopresin, tetapi ginjal yang tak bekerja dengan normal. Penyebab jenis diabetes ini, mulai dari saluran kemih yang tersumbat, penyakit ginjal kronis, kadar kalsium dalam darah tinggi, hingga konsumsi obat tertentu, seperti lithium.
Untuk pengobatan diabetes insipidus nefrogenik, umumnya bertujuan untuk mengurangi produksi urine pada organ ginjal. Karena itu, dokter akan menganjurkan pengidap agar mengonsumsi makan rendah garam dan mengonsumsi lebih banyak air putih untuk mencegah dehidrasi.
Apabila kondisi terjadi karena penggunaan litium, dokter menyarankan untuk berhenti konsumsi obat dan menggantinya dengan yang lain. Sementara itu, untuk membantu meredakan gejala, dokter bisa meresepkan obat lain agar produksi urine menurun dan frekuensi berkemih juga berkurang.
5. Cara Mengobati Diabetes Insipidus Dipsogenik
Jenis diabetes insipidus dipsogenik terjadi akibat tubuh kesulitan untuk mengontrol rasa haus. Saat penderita diabetes insipidus jenis ini minum cairan, tubuh pun akan menurunkan produksi vasopresin.
Kerusakan hipotalamus dipicu oleh berbagai hal, yaitu tumor, cedera kepala, maupun obat-obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit kejiwaan. Sayangnya, untuk diabetes insipidus dipsogenik belum ada metode penanganan yang spesifik.
Namun, penderita diabetes jenis ini dapat mengonsumsi permen untuk membantu meningkatkan produksi air liur. Bagi penderita diabetes insipidus dipsogenik yang sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil, biasanya dokter akan memberi resep obat desmopressin dalam dosis rendah.
6. Pengobatan Diabetes Insipidus Gestasional
Diabetes insipidus gestasional termasuk jenis yang sering terjadi selama kehamilan. Pasalnya, plasenta sebagai organ pemberi oksigen dan nutrisi untuk janin terkadang akan memproduksi enzim yang bisa memecah vasopressin.
Tidak hanya itu, kehamilan juga bisa memicu peningkatan produksi prostaglandin, yakni zat kimia serupa hormon yang membuat ginjal kurang sensitif terhadap vasopresin. Sebagian besar kasus diabetes insipidus gestasional sifatnya ringan dan tidak menimbulkan gejala yang cukup jelas.
Untuk penanganannya, dokter bisa memberikan obat desmopressin selama kehamilan. Namun, ada pula penderita diabetes yang kondisinya membaik setelah melahirkan sehingga tak perlu mengonsumsi obat desmopressin.
Apabila gejala diabetes insipidus sudah dirasakan, ada baiknya untuk segera memeriksakan diri ke dokter ahli. Biasanya, dokter akan melakukan diagnosis terlebih dahulu untuk mengetahui penyebab penyakit sehingga penanganan tepat bisa diberikan.